Beranda | Artikel
Bab Larangan Menyiksa Hamba Sahaya, Binatang, Istri, Anak, Tanpa Ada Sebab-Sebab Syari
1 hari lalu

Bersama Pemateri :
Ustadz Mubarak Bamualim

Bab Larangan Menyiksa Hamba Sahaya, Binatang, Istri, Anak, Tanpa Ada Sebab-Sebab Syar’i adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 03 Al-Muharram 1446 H H / 9 Juli 2024 M.

Kajian Tentang Bab Larangan Menyiksa Hamba Sahaya, Binatang, Istri, Anak, Tanpa Ada Sebab-Sebab Syar’i

Kita sampai pada bab larangan menyiksa hamba sahaya, menyiksa binatang, juga larangan menyiksa istri, anak, tanpa ada sebab-sebab syar’i. Atau termasuk larangan memukul yang disebutkan tadi dengan pukulan yang lebih dari yang semestinya. Bab ini ditulis oleh Imam An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala dalam kitabnya Riyadush Shalihin, menunjukkan betapa Islam mengajarkan kepada kita adab-adab, mengajarkan kepada kita kasih sayang dan rahmat kepada hamba-hamba Allah, bahkan kepada binatang-binatang pun demikian. Karena Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi alam semesta). Maka Islam mengajarkan kepada kita adab-adab yang demikian tinggi dan luhur nilainya. Apabila kaum Muslimin mengerjakan dan mewujudkannya, ini salah satu dari sebab tertariknya orang-orang yang belum memeluk Islam kepada Islam. Dahulu, ketika terjadi penaklukan negeri-negeri kafir oleh kaum Muslimin, banyak di antara wilayah-wilayah orang-orang kafir itu yang penduduknya masuk Islam karena melihat perangai dan akhlak para tentaranya.

Ini menunjukkan betapa indahnya Islam itu, karena memang Islam adalah agama yang diridai oleh Allah, agama yang diturunkan oleh Allah kepada umat manusia. Apabila mereka mengikutinya, maka mereka akan selamat, bahagia di dunia dan di akhirat. Namun, tatkala mereka menyimpang dari ajaran-ajaran Allah, dari tuntunan Islam, tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka terjadi pada mereka apa yang terjadi berupa musibah, bencana, dan cobaan yang Allah berikan kepada sebagian dari umat ini.

Maka dari itu, sudah seyogianya sebagai kaum Muslimin, orang-orang yang mengaku beriman kepada Allah dan beriman kepada rasulnya Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, untuk kembali kepada ajaran Islam yang murni, ajaran Islam yang luhur, yang benar-benar memberikan kebaikan kepada umat manusia.

Tentang bab ini, kata Imam An-Nawawi Rahimahullah, باب النهي عن تعذيب العبد والدابة والمرأة والولد بغير سبب شرعي أَوْ زائد عَلَى قدر الأدب. Yaitu bab tentang larangan menyiksa, memukul binatang, wanita, hamba sahaya, atau anak tanpa ada sebab syar’i… Kalau ada sebab syar’i, silakan, karena memukul itu bagian dari adab yang diajarkan oleh Islam.

Oleh karena itu, kalau misalnya ada anak yang usia 10 tahun belum mengerjakan shalat, setelah diingatkan, ditegur, dan dinasihati, namun dia tetap meninggalkan shalat, pada usia 10 tahun ini harus dipukul. Namun, pukulan di sini adalah memukul yang bersifat memberikan pelajaran pada anak itu. Pukulan itu, sebagaimana disebutkan oleh para ulama, ada dua macam: ada pukulan yang bersifat menyiksa, yang jelas tidak dibenarkan dan tidak dibolehkan dalam Islam, dan ada pukulan yang bersifat memberikan pelajaran dan peringatan, yang dibolehkan selama tidak membahayakan yang dipukul. Demikian diajarkan oleh Islam kepada kita.

Dalil yang dibawakan oleh Al Imam An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala dalam bab ini adalah firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam Surah An-Nisa ayat 36:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

“Beribadahlah kalian kepada Allah, dan jangan menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kepada kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang memiliki hubungan kekerabatan dengan kita, ataupun tetangga yang tidak memiliki hubungan kekerabatan, teman dekat, orang yang dalam keadaan musafir, dan budak-budak kalian. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan yang membangga-banggakan dirinya.” (QS. An-Nisa`[4]: 36)

Ini satu konsep yang diberikan oleh Al-Qur’an kepada kita dalam bermasyarakat. Yang pertama yang Allah perintahkan adalah bertauhid pada Allah Ta’ala, ini hubungan kita dengan Allah ‘Azza wa Jalla. Jangan sampai menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, karena perbuatan syirik apabila dilakukan oleh seorang hamba sampai dia wafat dalam keadaan perbuatan syirik tersebut bersamanya, maka dia tidak akan diampuni oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Dia akan kekal dalam neraka selama-lamanya. Na’udzubillah min dhalik.

Ini dosa syirik, tetapi dosa selain syirik Allah mengampuni pelakunya. Ini menunjukkan betapa pentingnya tauhid. Islam adalah tauhid, tidak ada Islam tanpa tauhid. Inilah yang kita seru kepada umat ini yang masih meminta-minta di kuburan, meminta kepada orang mati, masih mempunyai kepercayaan-kepercayaan kesyirikan baik berkaitan dengan hari, bulan, waktu, atau tempat. Kita harus meninggalkan itu semuanya, beribadah hanya kepada Allah Ta’ala. Semua bulan itu baik, semua hari itu baik, tidak ada yang jelek. Yang menjadikan hari-hari kita itu jelek adalah maksiat yang kita lakukan pada hari itu. Maka, apabila seseorang berbuat kemaksiatan pada Allah ‘Azza wa Jalla, segeralah bertobat dan mohon ampun kepada Allah.

Jadi, tidak ada hari yang jelek, tidak ada bulan yang jelek, tidak ada angka yang jelek. Ada sebagian kepercayaan yang menjerumuskan kepada kesyirikan. Contohnya di bulan Muharram, sebagian masyarakat melarang menikahkan anak-anak mereka di bulan Muharram, padahal pernikahan tidak ada hubungannya dengan kebaikan dan keburukan, tidak ada hubungannya dengan bulan. Bulan Muharram adalah bulan yang baik dan mulia.

Ini contoh pemikiran takhayul dan khurafat yang ada pada sebagian masyarakat tentang bulan Muharram. Ini harus dihilangkan dari anggapan-anggapan kita yang buruk terhadap bulan tersebut. Islam mengajarkan tauhid, semua bulan, semua tahun, semua hari adalah baik. Yang menjadikan buruk itu adalah perbuatan kita, kemaksiatan yang kita lakukan, kedurhakaan yang kita kerjakan. Itu yang membuat hari kita buruk pada hari yang kita lakukan kemaksiatan tersebut.

Maka kembali kepada tauhid, jangan sampai kita ini melakukan kesyirikan-kesyirikan. Karena kesyirikan adalah dosa terbesar.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54284-bab-larangan-menyiksa-hamba-sahaya-binatang-istri-anak-tanpa-ada-sebab-sebab-syari/